Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) terus berusaha untuk mengurangi dampak negatif dari rokok dan hasil tembakau di Indonesia.. Dalam upayanya melalui kebijakan penetapan kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) pemerintah berhasil menekan angka produksi rokok. Namun, menurut data dari Global Adult Tobacco Survei (GATS) yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ternyata jumlah perokok dalam kurun waktu 10 tahun dari 2011-2021 justru menunjukkan adanya peningkatan jumlah perokok aktif di Indonesia. Hal ini menimbulkan tanda tanya dan dugaan bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh adanya peredaran rokok ilegal di masyarakat. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tahu mengenai pengaruh dari kebijakan kenaikan CHT dan pengaruh pengawasan bea cukai berupa penindakan rokok ilegal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan mengunakan data survei rokok ilegal tahun 2016-2022, data produksi hasil tembakau, dan data penindakan rokok yang dilakukan oleh bea cukai bersama aparat penegak hukum lain. Penelitian ini memberikan hasil bahwa adanya pengaruh yang cukup signifikan terhadap peredaran rokok ilegal dari ditetapkannya kebijakan kenaikan CHT, dan pengaruh yang juga signifikan dari penindakan bea cukai dalam mengurangi angka peredaran rokok ilegal dilihat dari jumlah peningkatan angka penindakan yang semakin besar di setiap tahunnya.