Konsumsi bahan pangan protein hewani di Indonesia masih terbilang cukup rendah, kebanyakan masyarakat lebih memilih bahan pangan protein nabati dikarenakan mudah diperoleh dan diolah serta harga relatif lebih murah dibandingkan bahan pangan protein hewani. Diperlukannya asupan gizi yang lengkap utamanya dari sumber protein hewani yang mengandung semua jenis asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, saat ini banyak bermunculan produk olahan bahan pangan protein hewani diantaranya bakso daging sapi dalam kemasan. Untuk mengetahui kadar protein dalam bakso daging sapi dapat menggunakan metode uji kjeldahl dan sampel yang digunakan adalah bakso daging sapi dalam kemasan yang dijual di warung dan supermarket di Kota Bogor. Penetapan kadar protein bakso daging sapi dengan metode kjeldahl terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap destruksi, distilasi dan titrasi. Pada tahap destruksi ditambahkan asam kuat dan dilakukan pemanasan untuk membebaskan nitrogen dari sampel. Selanjutnya pada tahap distilasi dilakukan penambahan alkali pekat untuk menetralkan asam kuat dan ammoniumsulfat akan dipecah menjadi gas amoniak dan ditangkap oleh asam borat membentuk NH4H2BO3. Terakhir pada tahap titrasi senyawa NH4H2BO3 ditirasi dengan larutan asam klorida encer 0,1 N. Jumlah asam klorida yang digunakan dalam titrasi setara dengan jumlah gas NH3 yang dibebaskan dari proses distilasi. Kadar protein diperoleh dengan mengalikan kadar nitrogen yang diperoleh dengan faktor konversi sebesar 6,25. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar protein bakso daging sapi dalam kemasan yang dijual di Kota Bogor memiliki kadar protein sesuai dengan persyaratan SNI sebagai bakso daging dan bakso daging kombinasi.