Kekayaan intelektual (KI) adalah aset yang dihasilkan dari intelektualitas manusia dan dapat bernilai ekonomi. Keberadaan KI memberikan perlindungan dan motivasi kepada para inventor dan orang-orang kreatif. KI merupakan bagian dari aset tak berwujud dan perlu dilakukan valuasi atasnya sebelum dilakukan pencatatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Valuasi KI adalah proses menentukan nilai moneter dari suatu subjek Hak Kekayaan Intelektual. BRIN adalah lembaga litbangjirap yang memiliki berbagai keluaran salah satunya adalah aset KI, sehingga dalam perannya sebagai instansi pemerintah harus melakukan pencatatan dan pelaporan KI dalam laporan keuangan. Metode Valuasi KI yang dilakukan BRIN memiliki dasar hukum Permenristekdikti No. 35 Tahun 2019 tentang Pedoman Penghitungan Nilai dan Penatausahaan Aset Tak Berwujud Berupa Paten di Lembaga Penelitian dan Pengembangan, dan Perguruan Tinggi. Gordon dan Russel (2018) mengemukakan valuasi KI dapat dilakukan dengan pendekatan cost-based approach, market-based approach, dan income-based approach. Implementasi valuasi KI di BRIN menggunakan metode cost-based approach. Beberapa permasalahan yang terdapat pada valuasi KI di BRIN di antaranya adalah belum adanya standardisasi pada metode valuasi Kekayaan intelektual di Indonesia, sehingga diharapkan dapat segera ditetapkan standardisasi baik untuk tujuan akuntansi maupun tujuan komersial.