Alergi obat adalah kejadian yang tidak terduga sebelumnya yang terjadi saat ada reaksi berlebihan sistem imun akibat obat yang dikonsumsi. Angka kejadian kasus Stevens-Johnson Syndrome adalah 7 kasus per-satu juta populasi per-tahun. Dalam hal risiko medis, untuk setiap manfaat yang didapatkan selalu ada risiko yang harus dihadapi. Satu-satunya jalan menghindari risiko adalah dengan tidak berbuat sama sekali. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk lebih memahami apa itu alergi obat yang merupakan risiko medik dan membedakannya dengan malpraktek yang merupakan kelalaian medik serta pertanggungjawaban hukum seorang dokter terhadap kasus alergi obat berat. Metode penulisan penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukkan apabila dokter telah melakukan pemberian obat sesuai dengan standar profesi, standar medis dan standar operasional prosedur, mengakibatkan gugurnya tanggung jawab hukum oleh dokter. Pasal 359 KUHP maupun 360 KUHP tidak bisa diterapkan bagi tindakan dokter yang memiliki risiko medik, karena salah satu unsur dari Pasal 359 KUHP maupun 360 KUHP tidak dipenuhi di dalam risiko medik. Semua sengketa medik yang ada diselesaikan terlebih dahulu oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Hasil dari putusan MKDKI sebagai dasar untuk meneruskan atau tidak masalah sengketa medik ke peradilan umum.