Kurangnya kesadaran dan pemahaman dari masing-masing pasangan dalam memenuhi kewajiban mereka serta kurangnya sikap bijaksana dalam menyelesaikan masalah dapat memperuncing situasi dan memunculkan sifat manusia yang ingin menang sendiri, emosi yang tidak terkendali, dan pada akhirnya dapat menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kekerasan dalam rumah tangga dapat memiliki dampak buruk pada korban dan anggota keluarga lainnya, terutama pada anak-anak, seperti rasa tidak tenang, trauma, sakit, dan ketakutan. Studi ini merupakan penelitian yuridis normatif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang permasalahan norma yang dihadapi oleh ilmu hukum dogmatik dalam tugasnya dalam mendeskripsikan, merumuskan dan menegakkan norma hukum, termasuk praktik yudisialterdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, antara lain, Kondisi kepribadian suami-istri yang tidak stabil Kemandirian istri Perselingkuhan. Ancaman dengan kekerasan juga dapat menjadi bagian dari KDRT, di mana korban merasa takut atau cemas akibat situasi atau tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Semua bentuk kekerasan ini dilarang dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.